Frida Kahlo, Frieda y Diego Rivera, 1931 (39.38 x 31 inci, Koleksi San Francisco Museum of Modern Art) |
APA yang diharapkan dari cinta? Bahagia? Sesederhana itu?
Barangkali
orang memang menyimpan harapan yang sederhana dari cinta: pulang ke rumah dan
menemukan sebuket mawar dari kekasih. Sebuah kebahagiaan. Tapi adakalanya
muncul hasrat-hasrat aneh dari bagian terdalam manusia yang menginginkan
hal-hal kompleks. Seperti: bahwa cinta kerap merupakan candu atas rasa sakit.
Tidak semua romantisisme adalah kisah cinta Habibie-Ainun yang kata Habibie, “Saya tidak pernah tinggal terpisah dengan Ainun.” Cinta kadang adalah teror yang didamba, ketakutan yang menghantui namun diharapkan terus menghantui, atau rasa getir dan menghamba yang tak sehat.
Kalau
kita melulu logis soal cinta, dimensi cinta antara Maria Elena-Juan Antonio dalam
Vicky Cristina Barcelona tidak
mungkin bisa dijelajahi—sebab tak terpahami. “Hari-hari berlalu, Cristina mengamati
Maria Elena dan Juan Antonio. Dia semakin bingung dengan urusan hati.” Juga tak
mungkin bisa dijelaskan mengapa bisa memilin dengan ruwetnya simpul asmara
antara Frida Kahlo dan Diego Rivera.
Maria
Elena, tipe perempuan gila. Bisa membunuh karena cemburu buta yang tak
berdasar. Temparamen, gemar menyakiti diri, penggerogot. “Pergi dari hidupku!” kata Juan Antonio suatu
ketika. Mereka sudah berpisah, namun suatu malam, ketika Juan Antonio dan
Cristina tengah lelap di ranjang yang sama, telepon berdering. Maria Elena mencoba
bunuh diri. Si lelaki segera bergegas dan pulang di pagi hari dengan perempuan
gila itu di sampingnya. Mereka hidup bertiga selama beberapa bulan kemudian,
yang mana Cristina menjadi pengamat atas hubungan cinta yang rumit dan
menyakitkan itu—tapi anehnya terus bertahan.
Barangkali
Woody Allen beroleh ilham dari kisah Kahlo-Rivera. Pasangan pelukis ini lebih
gila lagi: Kahlo biseksual, Rivera gemar selingkuh—bahkan dengan adik Kahlo
sendiri. Sementara, Kahlo pernah berselingkuh dengan Trotsky, sahabatnya dan
Rivera.
Pasangan
ini menikah dua kali, kemudian sepenuhnya berpisah walau kabarnya tetap hidup
berdekatan. Dalam Frida: A Biography of
Frida Kahlo, Rivera mengaku bahwa hari kematian Frida adalah momen paling
tragis dalam hidupnya.
Di
akhir cerita, antara Juan Antonio-Maria Elena-Cristina terjadi cinta yang rumit:
mereka bertiga jadi trio kekasih! Cristina kemudian memutuskan pergi, sebab
kehadirannya hanya mengganjilkan apa yang telah genap antara Juan Antonio dan
Maria Elena. Sebuah cinta yang diselubungi hasrat saling melukai antara
keduanya. Setelah Cristina pergi, “hubungan Juan Antonio dan Maria Elena kembali
jadi bencana”.
Amy
Winehouse, legenda musik dan salah seorang anggota The 27 Club, juga sejenis
pecandu rasa sakit ini. Jenny Eliscu dari Rolling
Stone bertemu dengan Winehouse suatu kali di tahun 2007 di Toronto, ketika
si legenda menangis usai pertengkarannya dengan Blake Fielder-Civil. Lima hari
kemudian mereka bertemu kembali di Miami ketika Winehouse berujar dengan
gembira bahwa ia baru saja menikah dengan Fielder-Civil. Lelaki ini—jika merunut
berita—adalah jenis brengsek yang membuat Winehouse mengenal heroin dan semakin
kecanduan minuman keras. Mereka berpacaran di tahun 2005, menikah di tahun
2007. Pada Juli 2008 Fielder-Civil dipenjara 27 bulan karena memukuli seorang
manajer pub.
“Saya
merasa tak ada alasan untuk hidup lagi. Saya mencapai titik rendah,” kata
Winehouse tentang kepergian suaminya. Tahun 2009 mereka bercerai. Huffington Post menyebut pernikahan
mereka “tempestuous marriage”. Tak sampai
setahun kemudian, The Sun mengabarkan,
pasangan ini telah bertunangan dan merencanakan untuk menikah lagi. Namun pernikahan
itu tidak pernah ada. Setelah itu keduanya sama-sama menjalin hubungan dengan
orang lain.
Ketika
Winehouse meninggal, Fielder-Civil tengah dalam sel—untuk kedua kalinya.
***
Apa
yang paling aneh dari tiga kasus hubungan rumit tadi?
Dalam
ketiganya, meski sama-sama akhirnya berselingkuh; sama-sama menjalin hubungan
dengan orang baru, masing-masing pada akhirnya hanya menikahi orang yang satu. Tak
pernah ada pernikahan lain.
Resiliensi—atau
populernya, “move on”—tak melulu
berbentuk penemuan cinta baru, penghalauan penderitaan, atau pun praktik seni melupa.
Dalam hal ini, resiliensi berwujud kesadaran untuk berdamai dengan diri sendiri.
Pagi
itu, sepulang dari menjemput Maria Elena di rumah sakit, Juan Antonio berkata
pada Cristina—kekasih barunya, “Kami yakin hubungan kami sempurna, tapi ada
yang hilang. Cinta butuh keseimbangan yang sempurna.”
Di
akhir Vicky Cristina Barcelona, kita
tahu, keseimbangan yang dicari tidak datang dari luar; tidak datang dari
hubungan baru; melainkan dari kesadaran bahwa rasa sakit adalah keping yang hilang itu.
Absurd
bukan? Memang.[]
Sumber:
Vicky
Cristina Barcelona, 2008
Rolling
Stone edisi 77, September 2011
http://www.celebitchy.com/category/blake_fielder-civil/page/3/
http://www.huffingtonpost.com/2008/11/24/amy-winehouses-husband-lo_n_145935.html
http://www.dailymail.co.uk/tvshowbiz/article-2207438/Amy-Winehouses-ex-husband-Blake-Fielder-Civil-confesses-time-I-did-Amy-hard-drugs.html
http://www.dailymail.co.uk/tvshowbiz/article-1256823/Amy-Winehouse-Blake-Fielder-Civil-set-remarry-Las-Vegas-soon-possible.html
tulisanmu kali ini bikin mumet cik
BalasHapushahahaha.
BalasHapusaku ra nyandak moco iki
BalasHapusmenarik...
BalasHapus