AKHIRNYA ada pameran buku di Jogja tahun ini. Selama ini—selama
saya kuliah di kota ini—selalu ada pameran buku dalam setahun, minimal dua atau
tiga kali. Tahun ini sepi sekali. Ketika saya mengeluh pada Gus Muh, dia bilang
wajar saja, iklim buku memang sedang lesu. Kabarnya, ada mitos bahwa industri
buku punya siklus; bangkit dan lesu tiap 10 tahun sekali. Sepertinya menarik ya
kalau ditulis dalam laporan jurnalistik.
Jadi begitulah, setelah melewati beberapa pameran
kecil di toko buku dan satu pameran buku islami yang saya enggak pernah tertarik
untuk datang, akhirnya November 2012 diisi dengan pameran buku bernama Jogja
Book Fair. Sayang sekali, ketika datang ke sana, yang saya lihat buku yang
itu-itu juga, sudah pernah dipajang tahun lalu. Oh ya, bersamaaan dengan Jogja Book Fair di Wanitatama, ada
Kompas Gramedia Great Sale juga di Plaza Ambarrukmo. Wah, sengaja ya
sepertinya, hahaha. Keduanya saya datangi dan kedua-duanya membuat saya kecewa.
Yang satu monoton, yang satu tak pantas disebut great sale. Kompas Gramedia
memang selalu begitu: mahal. Tapi marilah kita hargai usaha untuk mengadakan pameran
buku itu.
Ngomong-ngomong, beberapa buku/bacaan yang saya beli
bulan ini justru dari tempat-tempat lain. Ada yang dibeli di Togamas yang baru
buka di Jln. Suroto—hanya sepelemparan batu dari “markas” Kompas dan toko buku
raksasa Gramedia—haha. Mereka ini seperti sedang perang dingin ya. Apa saja
buku/bacaan itu?
1. SPBU:
Dongeng Sebelum Bangun | Pidi Baiq, Rizki Goni (ilustrasi) | CAB | Mizan Book
Corner, Jakal | Rp24.000
tokomizan.multiply.com |
Ini komik yang
dibuat berdasarkan dongeng-dongeng karangan Pidi Baiq. Karena saya pernah baca dan
suka sekali dongeng “Keong dan Kelinci, Dongeng
Setelah Tidur” di blognya Pak Haji absurd satu itu. sayang, ketika
berusaha meracuni Mbak Kirana dan Dian, semua sepakat: Pidi Baiq tidak lucu.
Siapa yang selera humornya buruk, ya? Hahaha.
2. Al-Asbun
Manfaatulngawur | Pidi Baiq | Dar! Mizan | Mizan Book Corner, Jakal | Rp44.000
(mahal!)
bapersip.jatimprov.go.id |
Buku ini memelesetkan kitab suci. Dibuat dengan gaya
surat dan ayat, padahal isinya? Haha. Ya, begitulah Pidi Baiq. Sebenarnya sejak
dulu tidak begitu tertarik dengan buku yang satu ini karena tidak terlalu
humoris—seperti ketidaktertarikan saya pada Hanya
Salju dan Pisau Batu, tapi hari itu habis dapat honor entah apa jadi main
ambil saja.
3.
At-Twitter | Pidi Baiq | Pastel Books | Togamas, Gejayan | Rp33.100
bukubarukita.blogspot.com |
Buku baru. Sebenarnya saya agak sinis sama buku yang
dirangkum dari tweets macam ini, apa
ya istilahnya? Terlalu kapitalistis, begitu. Apa yang niatnya senang-senang dan
gratis kok jadi uang. Tapi sudah kadung suka Pidi Baiq, akhirnya saya beli
juga. Isinya lumayan. Formatnya, tanya jawab antara follower Pidi dan dia. Ada
satu tweet-nya Gita soal ujian semester yang masuk buku ini. Cieee, jadi seleb nih :D
4. Big
Breasts and Wide Hips | Mo Yan | Serambi | Togamas, Kotabaru | Rp70.000
cerita-utama.serambi.co.id |
Inilah dia satu-satunya (setahu saya) novel karangan
si pemenang Nobel sastra tahun ini yang sudah diterjemahkan dalam bahasa
Indonesia. Aslinya, ini buku terbit tahun 2011. Namun begitu pengumuman Nobel
keluar, buku ini langsung dipromosikan dengan gencar. Tebalnya lumayan untuk
pukul cicak.
5. Kangen
Indonesia: Indonesia di Mata Orang Jepang | Hisanori Kato | Penerbit Buku
Kompas | Gramedia, Yogya | Rp36.000
bukabuku.com |
Buku tipis yang diedit dengan sangat buruk dan
harganya kurang ajar mahalnya. Namun isinya menyenangkan dan sampulnya bagus
sekali. Harus diresensi!
6. Majalah
Prisma “Kelas Menengah Indonesia: Apa
yang Baru?” | LP3ES | Gramedia, Yogya | Rp30.000
bukumurah86.wordpress.com |
Dibeli karena ada tulisan Daniel Dhakidae tentang
kelas menengah. Sebelumnya saya sudah terpengaruh oleh tulisan André Mӧller di Rubrik
Bahasa Kompas bahwa “kelas menengah”
adalah istilah keliru untuk “kelas tengah”. Tapi dalam tulisannya, Daniel
menerangkan pemaknaan yang pas untuk terma itu. Keren sekali. Sayang, harusnya
bisa dapat ini seharga 25 ribu di Togamas, sayangnya, karena telat beli maka
kehabisan, akhirnya baru menemukan di Gramedia yang memang pelit diskon itu.
7. Majalah
Masyarakat Indonesia edisi XXXVII,
No. 2, 2011 | Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia | Gramedia, Yogya | Rp55.000
obor.or.id |
Sebenarnya tidak pantas disebut majalah, ini adalah
jurnal ilmu sosial. Bentuknya juga kejurnal-jurnalan. Sampulnya tanpa gambar. Pokoknya
kering sekali. Harganya pun mahal, padahal sudah kadaluarsa (terbitan tahun
lalu). Majalah ini saya temukan di rak yang sama dengan Prisma. Karena salah dua artikel di dalamnya yang berjudul “Minoritisasi
Ahmadiyah di Indonesia” dan “Nasionalisme di Kalimantan Barat”, jadi saya comot
majalah ini. Tapi harganya itu tetap patut dikutuk—walau sebenarnya isinya
setara dengan harganya (toh Rolling Stone
Indonesia yang tata bahasanya busuk itu tetap laku). Ngomong-ngomong, rasanya
mahasiswa memang harus dibuat akrab dengan bacaan sejenis jurnal juga.
Jadi itulah beberapa buku Pidi Baiq dan
bacaan-yang-akan-dibaca-entah-kapan, hasil beli bulan ini. Waah, pamer, ya? Iya,
daripada memuat makanan yang difoto dan disunting pakai Instagram atau tulisan tentang (lagi-lagi) cinta, hahahaha.
Sejujurnya, saya sedang sedang kangen sama Lelaki
Tua dan Laut serta Drunken Mosnter
yang sedang dipinjam Valery :’(
Oke, selamat membaca (untuk diri sendiri). Kamu baca buku apa bulan ini?[]
Oke, selamat membaca (untuk diri sendiri). Kamu baca buku apa bulan ini?[]
Aku nanya soal ujian semester, bukan UAN. Tolong diralat. Trims :P
BalasHapushahahasu, aku benci sekali kalau ketahuan gak akurat. oke bos :D
BalasHapus