03 November 2012

Vano yang Kesembilan


Tahun 2007; habis nangis tapi masih sempat peace.
VANO berulang tahun hari ini. Umurnya sudah sembilan. Kami berdua shionya sama: kambing. Tapi Vano lebih bangga, dia kambing emas, aku kambing air. Itu memengaruhi peruntungan lho, jadi wajib bangga. Hahaha.

Karena dekat Idul Adha, hari ini akan ada bakso buatan sendiri dan kue tart. Sebenarnya aku dan Afi disuruh pulang, tapi hanya Afi yang pulang. Aku disandera kerjaan.

Vano harusnya ditulis Fano karena lengkapnya Fanovanto. Tapi kami suka menulis Vano saja, sebab lebih keren. Haha. Namanya aneh, Fanovanto. Karena ketika Vano lahir aku duduk di kelas 2 SMP, aku ingat alasan nama itu. Fa itu nada keempat dalam tangga nada, cocok sama Vano yang anak keempat. Waktu bapakku, setelah meditasi dua malam, memunculkan fa ini, aku pengen bilang “gubrak!” kayak di komik-komik. Tapi ya sudahlah, dia bapaknya. Sedangkan Novanto hadir mengikuti karena lahir bulan November.

Umur 2 tahun Vano pernah kecelakaan. Kakinya kena besi komponen kulkas di rumah, belah dan berdarah-darah. Waktu itu di rumah cuma ada Vano dan Mamak. Panik sekali waktu itu. Mamak langsung minta tolong tetangga rumah yang toko bangunan buat mengantar ke RS Margono.

Nah, ketika orang-orang ini sedang di rumah sakit, Devi yang masih SD pulang sekolah. Menemukan rumah kosong dan ada darah banyak sekali di ruang tengah, Devi syok. Kata Afi—yang pulang kemudian setelah Devi—si Devi ini tak ganti baju atau apapun. Dia justru menangis sambil duduk di hadapan darah itu. Mungkin pikirannya sudah macam-macam. Ketika kami diceritai itu semua malamnya, aku ngakak keras sekali. Aneh, anak ini kok bukannya tanya ke tetangga atau bagaimana, langsung main nangis dan diam saja. Hahaha. Sepertinya Devi waktu itu baru kelas 1 atau 2 SD.

Gara-gara luka kulkas itu, kaki Vano diperban dan (harusnya) enggak bisa dipakai jalan seminggu. Anak ini hiperaktif, jadi aneh kalau dia menerima nasibnya dengan pasrah. Jadi? Ya dia tetap keliaran, jalan ke sana ke sini. Caranya? Babywalker miliknya dijadikan semacam tongkat gitu. Jadi jalan pakai kaki satu sambil mendorong babywalker. Hahahaha.

Si Vano ini tipikal suka ngomong. Sama nenek-nenek pun dia bisa ngobrol. Soal apa saja. Waktu belum sekolah, dia pelihara ayam di belakang rumah. Setiap ada yang menetas diberi nama: Tini, Wati, Surti… Macam-macam dan namanya aneh-aneh, aku juga enggak hapal. Awal tahun ini ada anak kucing terdampar di depan rumah, dipelihara dan dikasih nama Niku. Lengkapnya Nikolas Niku. Astaga, dapat ilham nama dari mana coba. Lalu tiba-tiba kucingnya pergi. Ketika aku tanya lewat telepon, katanya kucing itu pergi gara-gara beberapa hari sebelumnya enggak sengaja didudukin sama Devi. Astaga.

Karena laki-laki sendiri, kecil sendiri, dan lebih sering di rumah, anak ini jadi manja. Sampai lebaran kemarin ketika aku pulang, makan saja masih minta diambilkan. Mau teh, tinggal teriak minta dibuatkan. Puncaknya, ketika kenaikan kelas tahun ini, dia dibelikan Plasystation 2. Wah, bangga sekali dia. “Satu setengah juta,” dia pamer.

Padahal ketika bagi rapor, gurunya berpesan anak ini supaya banyak belajar, sebab nyaris tidak naik kelas. Nilai ulangannya enggak jelek, apalagi Matematika dan bahasa Inggris. Yang di bawah 7 hanya bahasa Jawa dan olahraga. Terancam tidak naik kelas karena suka mengobrol sendiri di kelas dan terlalu banyak tanya hal enggak penting kepada guru.

Mungkin gurunya kesal. Aku juga kesal kalau dia sudah kebanyakan tanya. Karena main PS yang game-nya berbahasa Inggris, dia banyak tanya. “Tya, storm itu apa? Fatality itu apa?” Mending kalau dijawab langsung diam, kadang jawaban kita dibantah. Kalau penjelasannya enggak sesuai dengan game-nya (misal storm kujawab “petir”, dia bilang, “tapi di game-nya itu angin!”), dia tanya terus. Dikasih kamus suruh baca sendiri juga tidak mau. Jadi malu juga kalau aku jawabnya salah. Hahaha.

Kalau umur anak sudah sentuh angka belasan, biasanya dia berubah. Jadi renggang sama saudara, urusannya juga lain. Enggak lucu lagi. Sebenarnya kalau bisa, Vano mending jangan membesar. Sudah, segini saja. Maunya begitu, tapi mustahil ya. Haha. Ya sudahlah, selamat ulang tahun saja. Semoga masa kecilmu menyenangkan, ya. Dari Jogja, aku putarkan lagu “Imaginary Son”-nya Naif buat kamu.

Sit near me dear child
We'll make a wish for you and I.[]

Yogya, 3 November 2012

2 komentar:

  1. Raine persiiiiss banget karo mbak-e :)) Kelakuannya yang suka bertanya hal tidak penting juga persis sama mbaknya :p

    BalasHapus