31 Oktober 2012

Elena Kahlo Winehouse

Frida Kahlo, Frieda y Diego Rivera, 1931
(39.38 x 31 inci, Koleksi San Francisco Museum of Modern Art)
APA yang diharapkan dari cinta? Bahagia? Sesederhana itu?

Barangkali orang memang menyimpan harapan yang sederhana dari cinta: pulang ke rumah dan menemukan sebuket mawar dari kekasih. Sebuah kebahagiaan. Tapi adakalanya muncul hasrat-hasrat aneh dari bagian terdalam manusia yang menginginkan hal-hal kompleks. Seperti: bahwa cinta kerap merupakan candu atas rasa sakit.

Tidak semua romantisisme adalah kisah cinta Habibie-Ainun yang kata Habibie, “Saya tidak pernah tinggal terpisah dengan Ainun.” Cinta kadang adalah teror yang didamba, ketakutan yang menghantui namun diharapkan terus menghantui, atau rasa getir dan menghamba yang tak sehat.

Kalau kita melulu logis soal cinta, dimensi cinta antara Maria Elena-Juan Antonio dalam Vicky Cristina Barcelona tidak mungkin bisa dijelajahi—sebab tak terpahami. “Hari-hari berlalu, Cristina mengamati Maria Elena dan Juan Antonio. Dia semakin bingung dengan urusan hati.” Juga tak mungkin bisa dijelaskan mengapa bisa memilin dengan ruwetnya simpul asmara antara Frida Kahlo dan Diego Rivera.

Maria Elena, tipe perempuan gila. Bisa membunuh karena cemburu buta yang tak berdasar. Temparamen, gemar menyakiti diri, penggerogot. “Pergi dari hidupku!” kata Juan Antonio suatu ketika. Mereka sudah berpisah, namun suatu malam, ketika Juan Antonio dan Cristina tengah lelap di ranjang yang sama, telepon berdering. Maria Elena mencoba bunuh diri. Si lelaki segera bergegas dan pulang di pagi hari dengan perempuan gila itu di sampingnya. Mereka hidup bertiga selama beberapa bulan kemudian, yang mana Cristina menjadi pengamat atas hubungan cinta yang rumit dan menyakitkan itu—tapi anehnya terus bertahan.

Barangkali Woody Allen beroleh ilham dari kisah Kahlo-Rivera. Pasangan pelukis ini lebih gila lagi: Kahlo biseksual, Rivera gemar selingkuh—bahkan dengan adik Kahlo sendiri. Sementara, Kahlo pernah berselingkuh dengan Trotsky, sahabatnya dan Rivera.

Pasangan ini menikah dua kali, kemudian sepenuhnya berpisah walau kabarnya tetap hidup berdekatan. Dalam Frida: A Biography of Frida Kahlo, Rivera mengaku bahwa hari kematian Frida adalah momen paling tragis dalam hidupnya.

Di akhir cerita, antara Juan Antonio-Maria Elena-Cristina terjadi cinta yang rumit: mereka bertiga jadi trio kekasih! Cristina kemudian memutuskan pergi, sebab kehadirannya hanya mengganjilkan apa yang telah genap antara Juan Antonio dan Maria Elena. Sebuah cinta yang diselubungi hasrat saling melukai antara keduanya. Setelah Cristina pergi, “hubungan Juan Antonio dan Maria Elena kembali jadi bencana”.

Amy Winehouse, legenda musik dan salah seorang anggota The 27 Club, juga sejenis pecandu rasa sakit ini. Jenny Eliscu dari Rolling Stone bertemu dengan Winehouse suatu kali di tahun 2007 di Toronto, ketika si legenda menangis usai pertengkarannya dengan Blake Fielder-Civil. Lima hari kemudian mereka bertemu kembali di Miami ketika Winehouse berujar dengan gembira bahwa ia baru saja menikah dengan Fielder-Civil. Lelaki ini—jika merunut berita—adalah jenis brengsek yang membuat Winehouse mengenal heroin dan semakin kecanduan minuman keras. Mereka berpacaran di tahun 2005, menikah di tahun 2007. Pada Juli 2008 Fielder-Civil dipenjara 27 bulan karena memukuli seorang manajer pub.

“Saya merasa tak ada alasan untuk hidup lagi. Saya mencapai titik rendah,” kata Winehouse tentang kepergian suaminya. Tahun 2009 mereka bercerai. Huffington Post menyebut pernikahan mereka “tempestuous marriage”. Tak sampai setahun kemudian, The Sun mengabarkan, pasangan ini telah bertunangan dan merencanakan untuk menikah lagi. Namun pernikahan itu tidak pernah ada. Setelah itu keduanya sama-sama menjalin hubungan dengan orang lain.

Ketika Winehouse meninggal, Fielder-Civil tengah dalam sel—untuk kedua kalinya.

***

Apa yang paling aneh dari tiga kasus hubungan rumit tadi?

Dalam ketiganya, meski sama-sama akhirnya berselingkuh; sama-sama menjalin hubungan dengan orang baru, masing-masing pada akhirnya hanya menikahi orang yang satu. Tak pernah ada pernikahan lain.

Resiliensi—atau populernya, “move on”—tak melulu berbentuk penemuan cinta baru, penghalauan penderitaan, atau pun praktik seni melupa. Dalam hal ini, resiliensi berwujud kesadaran untuk berdamai dengan diri sendiri.

Pagi itu, sepulang dari menjemput Maria Elena di rumah sakit, Juan Antonio berkata pada Cristina—kekasih barunya, “Kami yakin hubungan kami sempurna, tapi ada yang hilang. Cinta butuh keseimbangan yang sempurna.”

Di akhir Vicky Cristina Barcelona, kita tahu, keseimbangan yang dicari tidak datang dari luar; tidak datang dari hubungan baru; melainkan dari kesadaran bahwa rasa sakit adalah keping yang hilang itu.

Absurd bukan? Memang.[]

Sumber:

Vicky Cristina Barcelona, 2008
Rolling Stone edisi 77, September 2011 
http://www.celebitchy.com/category/blake_fielder-civil/page/3/
http://www.huffingtonpost.com/2008/11/24/amy-winehouses-husband-lo_n_145935.html
http://www.dailymail.co.uk/tvshowbiz/article-2207438/Amy-Winehouses-ex-husband-Blake-Fielder-Civil-confesses-time-I-did-Amy-hard-drugs.html
http://www.dailymail.co.uk/tvshowbiz/article-1256823/Amy-Winehouse-Blake-Fielder-Civil-set-remarry-Las-Vegas-soon-possible.html

4 komentar: