18 Oktober 2009

Strange Hobby

Ada suatu masa, ketika aku merasa tersadar kalau aku adalah seorang manusia dengan pemikiran sendiri. Aku adalah individu merdeka yang punya interpretasi khas atas suatu hal. Aku ingat momen itu tapi lupa kapan tepatnya. Dan seiring perjalanan waktu aku belajar memahami dan mengidentifikasi karakteristikku.

Hal yang mencolok yang kuingat karena baru kusadari akhir-akhir ini adalah bahwa aku meyukai hal yang berbau klasik, sesuatu yang pernah terkenal di masa lalu, terutama lagu. Ketika teman-teman berlomba-lomba untuk memiliki koleksi lagu terup to date, maka aku dengan jumawa memamerkan list mp3 playerku yang dijejali lagu-lagu jadul. Tak masalah, toh mencari ‘barang antik’ butuh perjuangan yang lebih besar. Oh ya, definisi klasik sendiri bagiku adalah ketika sesuatu itu sudah tak jadi bahan pembicaraan, sesuatu yang bukan masa kini, sesuatu yang mengingatkanku pada sepenggal kenangan.

Aku adalah orang yang sistematis. Sebelum tidur aku selalu membuat catatan jadwal kegiatan untuk hari esok. Itu pasti. Pernah ada seorang kawan –yang mungkin benci melihat ku berlagak sok direktur yang menenteng jadwal harian kemana-mana- menyarankan agar aku berhenti menulis itu barang beberapa saat. Kupatuhi dan hasilnya, aku merasa jadi kacau-balau dan infertil. Kamu tahu kan rasanya ketika kita ingin melakukan sesuatu tapi beberapa saat kemudian kita lupa. Usaha mengingat-ingat apa yang telah terpikirkan itu paling ku benci. So, aku selalu menuliskannya secepat mungkin ketika aku dapat ‘ilham’. Tanpa catatan, aku bingung apa yang aku lakukan. Membuatku jadi ingin bertemu Florence Littaeur , sekedar bertanya tipe apakah aku ini?

Aku punya banyak mimpi dan rencana yang kemudian hanya sebatas jadi wacana saja. Tapi itu manusiawi kurasa. Banyak orang yang serupa.

Aku sangat menghargai sejarah, kenangan, masa lalu. Semua kenanganku yang ada dan sempat kusimpan, ku amankan di suatu tempat di rumah. Buku, foto, boneka, tas rombeng, topi, kristik pertamaku, kain-kain perca sisa pelajaran menjahitku yang pertama, surat cinta yang tak dikirimkan, gambar-gambar coretan, kalung, guci koleksi, dan masih banyak lagi. Memandang foto ketika bayi, membaca tulisan semasa kelas 4 SD, ataupun melihat pernak-pernik yang kukumpulkan sewaktu SMP sangatlah menyenangkan. Tak semua orang suka begitu, menurutku.

Aku suka menulis. Entah apapun itu. Tapi jarang selesai.

Aku suka sejarah.

Aku suka menggambar. Walaupun tak dijalani dengan serius.

Aku suka mengkhayal.

Aku orang yang acap penasaran tapi benci penasaran.

Saat membaca tulisan ini, saat membuatnya, aku merasa jadi orang ternarsis di dunia. Buat apa coba mengumbar pribadimu?

Iya ya, untuk apa?

Entah untuk apa. Sekedar pelepasan hasrat saja. Semua pasti punya keinginan –sebagai manusia-untuk diakui eksistensinya.

Ini usahaku mewujudkan keinginan itu.

Peribahasa bagus dari negeri penjajah,

Achter het net vissen –jangan sampai ketinggalan kesempatan-

Yeah![]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar